Cara Memilih Lokasi Rumah Dengan Prospek Investasi Tinggi
Senang akan lingkungan perumahan yang nyaman, arsitektur rumah nan unik atau pemandangan di salah satu sisi rumah yang menawan, bukanlah hal yang positif bagi investor properti. Juga, mudah termakan oleh propaganda developer dan agen bahwa kawasan tersebut menjadi sunrise area atau kawasan yang ke depannya akan berkembang pesat.
Kita maklum, investor properti tidak pernah mengenal istilah merugi. Hanya saja, jika ada pilihan untuk menikmati capital gain hingga 30% setahun, mengapa harus memilih yang 10% saja?
Jika kita asumsikan saja bahwa saat ini, Anda tengah mencari properti di kawasan suburb atau pinggir Jakarta untuk jadi celengan investasi, maka perhatikan beberapa hal berikut untuk menjadi acuan agar keputusan investasi Anda tepat.
1. Pelajari peta transportasi publik dan infrastruktur
Konsumen biasanya mengetahui hal ini dari agen properti atau staf penjualan milik developer. Dan tidak ada kecap nomor 2, karena semua berkepentingan agar produknya laku terjual maka properti pun sama dengan kecap, semua menyatakan dirinya sebagai kecap nomor 1. Sebaiknya Anda mencari informasi dengan lebih akurat, kalau perlu browsing sebanyak-banyaknya tentang rencana pengembangan infrastruktur di seputar kawasan itu. Contoh, harga rumah di kawasan Cibinong dan Gunung Putri, Bogor bisa dipastikan akan melonjak dalam beberapa waktu ke depan. Kenapa? Karena baru-baru ini, PT KAI sudah membuka jalur kereta listrik commuter line ke arah sana sehingga kawasan ini pun naik sederajat dengan kawasan Bojong Gede, Depok, Serpong, Legok, Parung Panjang, Bekasi dan akan dipenuhi oleh kaum commuter yang mengandalkan moda transportasi kereta api.
2. Pasang mata dan telinga, ikuti pergerakan pengembang besar
Tengok pengalaman para pembeli rumah di seputaran Ciputat yang terkoneksi langsung dengan Bintaro Jaya, atau Pamulang dan Cisauk yang terhubung dengan BSD City maupun Gading Serpong. Cek berapa harga rumah mereka pada 5 tahun lalu dan berapa pula hasil investasi akan kenaikan yang mereka nikmati pada hari ini. Ini terjadi sebagai efek kehadiran pengembang kakap di kawasan itu, dengan seabrek pengembangan fasilitas dan otoritas tunggal mereka dalam menentukan harga lahan per meter perseginya. Contoh : Siapa yang pernah menyangka bahwa para developer kakap sudah menguasai lahan dalam skala besar kawasan Parung Panjang dan Legok, atau Rumpin yang letaknya sekitar belasan kilometer dari Serpong? Bale Tirtawana seluas 345 hektare di Rumpin, adalah milik Sinarmas Land. 1000 hektar lahan di Parung Panjang, 5 menit dari stasiun kereta api, adalah landbank milik Hanson International yang mengembangkan Millenium City di lokasi ini. Atau di Legok, ada Landbank milik Sinarmas Land dan Summarecon Agung yang mengapit Perumahan The Green Residence Serpong sebagaimana dikemukakan Riduan Goh, Direktur ERA Vigo, Serpong.
3. Cek history kenaikan harga tanah saat ingin investasi di kawasan itu
Pergerakan harga tanah di Jabodetabek saat ini sangat sensitif untuk investasi. Sedikit saja isu tentang akuisisi lahan, atau rencana pembangunan infrastruktur di kawasan itu, harga tanah serta merta melonjak tinggi. Namun, tanpa itu pun harga tanah terus naik dari tahun ke tahun. Anda juga bisa memprediksi kenaikan harga rumah yang akan dibeli di lokasi itu dengan menggunakan acuan history kenaikan harga tanah yang bisa Anda dapatkan dari penduduk sekitar atau sekalian saja ke otoritas lokal seperti desa atau kelurahan.
Temukan Rumah dengan prospek investasi tinggi disini!
GAMBAR PROMO