HARI GINI MASIH JAMAN IKUT MACET-MACETAN DI IBUKOTA? KERJA DI IBUKOTA TANPA TAKUT MACET MAU TAU SOLU
Kemacetan lalu lintas yang kerap terjadi di ibukota saat ini bukan lagi hal yang baru untuk di perbincangkan. Banyak faktor yang menjadi penyebab adanya kemacetan di jalan raya, di antaranya sempit nya area jalan yang ada,meningkatnya volume kendaraan serta kurangnya aturan-aturan mengenai tertib lalu lintas. Potret kemacetan di Ibukota memang problematika yang dilematis.
Kemacetan juga dapat menimbulkan kerugian waktu. Waktu kita akan terbuang sia-sia karena terjebak dalam kemacetan. Karena dalam kemacetan tersebut kita banyak sekali waktu menunggunya. Selanjutnya adalah terganggunya jalan kendaraan yang darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya.
Dahulu mungkin macet di jam pergi dan pulang kantor saja, tapi kini macet seolah tak pernah putus. Mungkin hanya dini hari hingga jelang pagi saja Jakarta lepas dari macet. Bahkan di akhir pekan di saat libur, dari dan menuju ke Jakarta macet menjadi-jadi. Setiap hari ada sekitar 20.000 kendaraan yang masuk ke DKI Jakarta pada jam kerja. Pada pagi hari saja di jam pergi kantor, kendaraan dari berbagai daerah luar Jakarta yang mayoritas bekerja di ibukota Jakarta seperti dari Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang menyerbu Jakarta. Macet terjadi tak hanya di ruas tol saja. Di ruas arteri juga terjadi kemacetan. Di Tol Dalam Kota misalnya kendaraan yang masuk dari arah Bogor dan Bekasi bertemu di Cawang. Kemacetan menjadi-jadi di titik pertemuan ini, yang imbasnya membuat laju kendaraan melambat, kemudian ada beberapa lagi titik persinggungan antara keluar tol dengan jalur arteri.
Kebayang donk jam pulang kantor seperti apa macetnya???
Sangat ironi sekali ketika dimana seharusnya anda pergi bekerja dalam keadaan segar dan pulang bekerja ingin beristirahat di rumah tetapi harus menghadapi dan mengalami stress kemacetan di perjalanan.
Dengan kondisi demikian, maka keberadaan trasnportasi publik menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi warga perumahan atau permukiman di lingkar luar Jakarta. Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang serta Bekasi atau disingkat Jabodetabek, terdaftar mempunyai 80 stasiun Kereta Api Listrik (KRL) Konsep kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD) pun disebut-sebut menjadi sesuatu yang seksi di mata pengembang maupun pemburu hunian karena menjadi salah satu solusi bagi masyarakat yang dilanda kemacetan ibukota.
Konsep transportasi publik sangat bagus. Lihat saja Singapura, Malaysia, Jepang, Thailand dan Negara-negara maju lainnya yang menggunakan transportasi massal seperti KRL/Monorel untuk pergi bekerja dan tidak menghabiskan waktu dan menghemat BBM di jalan, sehingga ekonomi juga ikut tumbuh.
Jika kamu mengaku smart people saat ini cenderung akan lebih memilih hunian yang memiliki akses dan sistem transportasi yang terintegrasi tentunya.
The Green Residence Serpong
Melalui The Green Residence Serpong, PT Tombak Intan adalah satu developer real estate yang menggarap hunian berorientasi angkutan atau Transit Oriented Development (TOD) di Tangerang yang merupakan salah satu daerah satelit yang berhubungan dengan Ibukota Jakarta. Pasalnya hunian berkonsep TOD paling diminati saat ini dan di masa mendatang, terutama bagi eksekutif muda dan pasangan muda yang. Selain itu berkaca dari pengalaman di luar negeri setiap hunian yang dekat dengan sarana transportasi nilai investasinya akan cepat meningkat.
Dibangun dengan berbagai keunggulan yang cocok bagi eksekutif muda dan pasangan muda yang bekerja di Jakarta dan menginginkan gaya hidup modern yang serba praktis dan mudah.
Stasiun KRL Parung panjang hanya berjarak 4km dari perumahan The Green Residence Serpong yang dapat ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.
Tertarik dengan perumahan berbasis TOD yang berkonsep aman, nyaman, dan modern?